Thursday, January 2, 2014

Wahai Calon Perjalananku (2014)



Saya yang baru saja lengser--menyelesaikan masa bakti di organisasi PM PILAR FEB UNILA, dengan rasa haru bahagia, bangga, dan berterimaksih, hari ini saya bulatkan niat saya untuk mencoba kembali merangkai dan mengumpulkan kata dalam bait di tulisan ini.  Semoga keakraban dan rasa cinta keluarga yang terjalin di dalamnya tak akan pernah lekang oleh waktu.

Berbeda dari malam-malam sebelumnya, malam ini, saya duduk fokus di depan layar berukurkan 10.1 inchi yang menyebabkan saya teringat kembali, terkenang, dan akhirnya mencoba merangkai dan mengumpulkan gairah yang sempat hilang tempo dulu.

Dinginnya 2013 membuatku bermalas-malasan
Ku habiskan waktuku setidaknya hampir 365 hari tahun lalu, tapi sampai sekarang tak pernah ada bedanya dari hari-hari sebelumnya--24 jam masih kutemui dalam tiap satu harinya.  Tak ada bedanya bukan?  Berpindah tempat, haruskah aku melakukannya?  Bagaimana mungkin diriku yang tak mau disebut sia-sia ini harus tetap terjaga dalam mata yang terpejam.  Bukankah aku akan menjadi bagian orang yang merugi pabila aku merasa dan menyangka aku telah melakukan perbuatan dengan sebaik-baiknya?

Wahai calon perjalananku, inikah dasar mengapa aku harus berpindah tempat...?


Dahulu aku tak pernah menyempurnakan 17 gerakan--5 waktu sholat--yang kumiliki dalam waktu sebesar 24 jam dalam hariannya. Hanya beberapa saja yang aku lakukan, 15, 14, 11, bahkan sampai 0 sempat beberapa kali membulatkannya.  Kalau aku saja pintar sekali berhitung, apalagi Engkau.. Engkau Yang Maha Penghitung segalanya, Kau tak pernah sesekalipun menyumbat telingaku untuk mendengar seruan-Mu, tapi aku seolah berpura-pura tuli.  Kalau aku selalu berpura-pura, lantas Kau lah Yang Maha Sesungguhnya, Kau tak pernah sekalipun membuat penglihatanku gelap melainkan di saat tidur, tapi aku seolah berpura-pura buta untuk tidak melihat gerakan itu wajib aku laksanakan.  Kalau aku selalu bisa berpura-pura untuk itu, maka sejujurnya aku tak pernah bisa berpura-pura tidak tahu tentang apa yang baru saja aku sadari.  Ya, terimaksih karena Kau tidak mengunci telinga dan mata batinku, karena sempat aku yang mengunci telinga dan kedua mata lahiriahku.

Wahai calon perjalananku, inikah mengapa aku harus membuka hatiku...?

Sesak karena berlari terlalu kencang yang tak sesuai dengan kuatnya tenagaku,  dahaga yang kurasakan saat itu ketika tak ada setetes air pun yang aku dapati.  Bagaimana aku bisa sabar menghadapi sesuatu bila aku belum punya pengetahuan tentang hal itu--bagaimana mungkin aku terus berlari kencang sementara aku tak tahu bahwa aku sedang dehidrasi.

Wahai calon perjalananku, inikah mengapa aku harus berpengetahuan tentang apa yang tidak aku tahu...?

Memimpikan terik dibalut dinginnya kehidupan 2014
Berpindah tempat
Membuka hati
Berpengetahuan
Mengawali pijakanku mengerti wahai calon perjalananku...

No comments:

Post a Comment

Terimaksih