Sunday, August 21, 2011

Senandung Impian di Aatas Logika


Terjebak dengan tempo-tempo alunan syair yang tak berbait

Aku,kamu,dia,lengkapnya adalah kita lalu mereka beriringan mengikuti langkah-langkah yang tak bercuap manis, berbisik mengucapkan kata-kata yang jauh diatas logika ini.
Berhujung sebuah ketidakpastian, tapi apa namanya jika aku dan mereka memiliki sebuah pandangan yang sama? Kami hanya menuntut sebuah cerita yang dapat memberikan sedikit saja rasa kenyamanan di dalamnya, tanpa kau harus memaksakan apa yang kami tidak bisa lakukan. Dan harusnya kau bangga dengan apa yang ku miliki sekarang karna bila kau lihat lebih jauh lagi tak ada seorang pun yang mampu dan mau sepertiku.

Bingung dengan keadaan yang pastinya menurutku ini sungguh luar biasa, ada kalanya kau dapat memaksakan sebuah peristiwa yang mungkin itu dapat membuatku semakin tak berarturan, TAPI menurutku kau harus lebih sering memberiku sebuah peluang yang mungkin itu dapat membuatku semakin seimbang dengan hal-hal yang dasarnya memang ku miliki, ku minati, dan jelas ku sanggupi.

Tidak heran, bila kau lebih suka memandangku dengan tatapan kosong yang mana berisyaratkan kau mau aku menjadi apa yang kau inginkan. Tapi tunggu, aku bukan kincir yang berputar ketika angin datang, aku ingin bergerak sesuai dengan keinginan yang membawa senandung impian di atas logika
(dengarlah...lihat, dan rasakan apa impianku sebenarnya)
Coba lihat ini aku tumbuh diatas segala impian...
Jangan kau rasakan bahwa aku selalu sanggup menjalaninya
TAPI coba dengar keluhku,bahwa aku punya impian walau ini tak berbait, karna ku harap ini sudah di atas logika yang dapat kau jadikan sebuah senandung. Mengapa ku katakan seperti ini? Karna tinta-tinta penaku sudah mulai habis, jadi ku hanya sanggup memberi goresan di atas sebuah tekanan. Tolong ajarkan aku untuk dapat mengisi ulangnya, karna ku mau meneruskan ceritaku.