Sunday, April 29, 2012

KEBIJAKAN FISKAL


Kebijakan Fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Kebijakan ini mirip dengan kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar, namun kebijakan fiskal lebih mekankan pada pengaturan pendapatan dan belanja pemerintah.

Instrumen kebijakan fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran pemerintah yang berhubungan erat dengan pajak. Dari sisi pajak jelas jika mengubah tarif pajak yang berlaku akan berpengaruh pada ekonomi. Jika pajak diturunkan maka kemampuan daya beli masyarakat akan meningkat dan industri akan dapat meningkatkan jumlah output. Dan sebaliknya kenaikan pajak akan menurunkan daya beli masyarakat serta menurunkan output industri secara umum.

Pengaruh Pajak terhadap Pendapatan Konsumsi
  • Setiap rupiah perubahan G akan mengubah Z sebesar 1/(1 – MPC) rupiah dan setiap rupiah perubahan W dan R akan mengubah  Z sebesar MPC/(1 – MPC) rupiah. Karena MPC < 1, maka pengaruh putaran pertama setiap rupiah ∆G adalah lebih besar daripada setiap rupiah ∆W atau ∆R. 
  • Pada “pengaruh pajak terhadap pendapatan konsumsi’’  setiap rupiah ∆T mengubah Z sebesar MPC/(1 – MPC) rupiah. Pajak dapat dianggap sebagai transfer payments negatif. Pos-pos lain pada sisi penerimaan mempunyai pengaruh utama pada pasar uang dan melalui ini akan berpengaruh terhadap permintaan agregat (Z).
Pengaruh pajak terhadap keseimbangan Ekonomi  
Setiap rupiah perubahan dari Z pada putaran pertama (yang disebabkan oleh perubahan pos “anggaran” manapun) akan mempunyai pengaruh akhir yang sama terhadap perekonomian, karena akan melewati proses keseimbangan umum yang sama. Jadi pengaruh akhir dari setiap rupiah perubahan masing-masing pos “anggaran” berbeda satu sama lain karena perbedaan “pengaruh putaran pertama”nya terhadap Z.
Kebijakan Anggaran / Politik Anggaran
Pengeluaran total “anggaran” (APBN di Indonesia) selalu sama dengan penerimaan totalnya. Dalam pengertian akuntansi ini “Anggaran” selalu seimbang (anggaran berimbang). Dalam pengertian ekonomi “anggaran” bisa defisit, surplus atau berimbang.

Ada tiga pengertian yang berbeda mengenai arti defisit, surplus dan “anggaran” berimbang :
  1. Anggaran Defisit (Defisit Budget) / Kebijakan Fiskal Ekspansif, adalah kebijakan pemerintah untuk membuat pengeluaran lebih besar dari pemasukan negara guna memberi stimulus pada perekonomian. Umumnya sangat baik digunakan jika keaadaan ekonomi sedang resesif. Penerimaan pajak (Tx) dapat menutup seluruh pengeluaran (G + W + Tr), apabila G + W + Tr > Tx maka “anggaran” defisit dan bila G + W + Tr < Tx maka “anggaran” surplus selanjutnya G + W + Tr = Tx maka “anggaran” berimbang. 
  2. Anggaran Surplus (Surplus Budget) / Kebijakan Fiskal Kontraktif, adalah kebijakan pemerintah untuk membuat pemasukannya lebih besar daripada pengeluarannya. Baiknya politik anggaran surplus dilaksanakan ketika perekonomian pada kondisi yang ekspansi yang mulai memanas (overheating) untuk menurunkan tekanan permintaan. Defisit “anggaran” apabila G + W + Tr > Tx + B, surplus “anggaran” apabila G + W + R < T + B dan berimbang bila G + W + R = T + B. 
  3. Anggaran Berimbang (Balanced Budget), terjadi ketika pemerintah menetapkan pengeluaran sama besar dengan pemasukan. Tujuan politik anggaran berimbang yakni terjadinya kepastian anggaran serta meningkatkan disiplin. Defisit “anggaran” apabila G + W + Tr > Tx + B, surplus “anggaran” apabila G + W + R < T + B dan berimbang bila G + W + R = T + B.

Efek Samping
Sama seperti kebijakan moneter, kebijakan fiskal dapat digunakan dalam mempengaruhi baik ekspansi dan kontraksi dari PDB sebagai ukuran pertumbuhan ekonomi. Ketika pemerintah melaksanakan kekuasaannya dengan menurunkan pajak dan meningkatkan pengeluaran mereka, mereka menjalankan kebijakan fiskal ekspansif. Sementara di permukaan, upaya ekspansif tampaknya menyebabkan efek positif hanya dengan merangsang ekonomi, ada efek domino yang jauh lebih luas dalam jangkauan. Ketika pemerintah menghabiskan uang dengan kecepatan lebih cepat dari pendapatan pajak yang dapat dikumpulkan, pemerintah dapat menumpuk kelebihan utang karena masalah bunga obligasi untuk membiayai pengeluaran, sehingga menyebabkan peningkatan utang nasional.
 

Ketika pemerintah meningkatkan jumlah utang selama kebijakan fiskal ekspansif, penerbitan obligasi di pasar terbuka akan berakhir dengan adanya persaingan versus sektor swasta yang mungkin juga perlu untuk menerbitkan obligasi pada saat yang sama. Efek ini dapat menaikkan suku bunga tidak langsung karena meningkatnya persaingan akan dana pinjaman. Bahkan jika stimulus yang diciptakan oleh pengeluaran pemerintah meningkat akan memiliki beberapa efek awal jangka pendek positif, sebagian dari ekspansi ekonomi ini dapat diatasi dengan hambatan yang disebabkan oleh beban bunga yang lebih tinggi untuk peminjam, termasuk pemerintah.

Efek lain tidak langsung dari kebijakan fiskal yang sering diabaikan, adalah potensi bagi investor asing menawar atas mata uang dalam upaya mereka untuk berinvestasi dalam perdagangan obligasi dimana hasilnya lebih tinggi di pasar terbuka. Sementara kuatnya mata uang lokal terdengar positif di permukaan, tergantung pada besarnya perubahan suku bunga, bisa-bisa malah membuat barang-barang lebih mahal untuk ekspor dan asing membuat barang yang lebih murah untuk impor. Karena kebanyakan konsumen cenderung menggunakan harga sebagai faktor yang menentukan dalam pembelian mereka, pergeseran pembelian lebih banyak ke barang asing dan melambatnya permintaan produk dalam negeri dapat menyebabkan ketidakseimbangan perdagangan untuk sementara waktu. Ini semua adalah skenario yang mungkin yang harus dipertimbangkan dan diantisipasi. Tidak ada cara untuk memprediksi hasil mana yang akan muncul dan dengan seberapa besar, karena ada begitu banyak target bergerak lainnya, pengaruh pasar, bencana alam, perang dan setiap event berskala besar lainnya yang dapat menggerakkan pasar.

Langkah-langkah kebijakan fiskal juga ketertinggalan natural, atau keterlambatan waktu dari ketika mereka diperlukan, dan ketika waktu tindakan melewati parlemen dan akhirnya presiden. Dari perspektif peramalan, di dunia yang sempurna dimana ekonom memiliki peringkat akurasi 100% untuk memprediksi masa depan, kebijakan fiskal bisa dilakukan kapanpun diperlukan. Sayangnya, mengingat ketidakpastian yang melekat dan dinamika perekonomian, sebagian besar ekonom mengalami tantangan dalam secara akurat memprediksi perubahan jangka pendek pada ekonomi.
(powered by google)

KEBIJAKAN MONETER


Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang seimbang. Apabila kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan moneter dapat dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilisasi). Pengaruh kebijakan moneter pertama kali akan dirasakan oleh sektor perbankan, yang kemudian ditransfer pada sektor riil.

Kebijakan moneter adalah upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan harga. Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Sentral atau Otoritas Moneter berusaha mengatur keseimbangan antara persediaan uang dengan persediaan barang agar inflasi dapat terkendali, tercapai kesempatan kerja penuh dan kelancaran dalam pasokan/distribusi barang.Kebijakan moneter dilakukan antara lain dengan salah satu namun tidak terbatas pada instrumen sebagai berikut yaitu suku bunga, giro wajib minimum, intervensi dipasar valuta asing dan sebagai tempat terakhir bagi bank-bank untuk meminjam uang apabila mengalami kesulitan likuiditas.

Moneter juga dapat digunakan untuk mendorong atau memperlambat ekonomi tetapi dikendalikan oleh bank sentral, dengan tujuan akhir untuk menciptakan lingkungan uang mudah. Keynesian dimasa awal tidak percaya bahwa kebijakan moneter punya efek jangka panjang pada perekonomian karena sejak bank memiliki pilihan untuk meminjamkan kelebihan cadangan yang mereka miliki dari suku bunga rendah, mereka dapat memilih untuk tidak meminjamkannya dan Keynesian juga percaya bahwa permintaan konsumen untuk barang dan jasa tidak mungkin berkaitan dengan biaya modal untuk mendapatkan barang tersebut. Pada waktu yang berbeda dalam siklus ekonomi, ini mungkin benar atau mungkin tidak benar, tetapi kebijakan moneter telah terbukti memiliki pengaruh dan dampak terhadap perekonomian dan pasar ekuitas juga pendapatan tetap.

Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :
  1. Kebijakan Moneter Ekspansif / Monetary Expansive Policy, adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang beredar.
  2. Kebijakan Moneter Kontraktif / Monetary Contractive Policy, adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang edar. Disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight money policy)
Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen kebijakan moneter, yaitu antara lain :
  1. Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation), adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan menjual atau membeli surat berharga pemerintah (government securities). Jika ingin menambah jumlah uang beredar, pemerintah akan membeli surat berharga pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang yang beredar berkurang, maka pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah kepada masyarakat. Surat berharga pemerintah antara lain diantaranya adalah SBI atau singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau singkatan atas Surat Berharga Pasar Uang.
  2. Fasilitas Diskonto (Discount Rate), adalah pengaturan jumlah duit yang beredar dengan memainkan tingkat bunga bank sentral pada bank umum. Bank umum kadang-kadang mengalami kekurangan uang sehingga harus meminjam ke bank sentral. Untuk membuat jumlah uang bertambah, pemerintah menurunkan tingkat bunga bank sentral, serta sebaliknya menaikkan tingkat bunga demi membuat uang yang beredar berkurang.
  3. Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio), adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada pemerintah. Untuk menambah jumlah uang, pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang beredar, pemerintah menaikkan rasio.
Kebijakan Moneter dan keseimbangan Ekonomi IS-LM
  • Kurva IS mewakili pasar barang 
  • Kurva LM mewakili pasar uang.
KURVA IS-LM :
Variabel yang menghubungkan pasar uang dan pasar barang adalah tingkat suku bunga. yang menunjukkan bahwa interaksi antara pasar barang dengan pasar uang menentukan permintaan agregat (Y) .
• Kondisi A :
Dalam perekonomian, pengeluaran agregat yang direncanakan lebih kecil dari pada pendapatan nasional (AE < Y) dan penawaran uang lebih besar dari pada permintaan uang (MS > MD, akibatnya pembelanjaan agregat berkurang dan tingkat bunga menuru.
• Kondisi B :
Dalam Perekonomian, pengeluaran agregat yang direncanakan lebih besar dari pada pendapatan nasional (AE > Y) dan uang lebih besar dari pada permintaan uang (MS > MD), akibatnya pembelanjaan agregat bertambah, tetapi harga bunga menurun
ΓΌ
• Kondisi C :
Dalam Perekonomian pengeluaran agregat yang direncanakan lebih besar dari pada pendapatan nasional (AE > Y) dan penawaran uang lebih kecil dari pada permintaan uang (MS<Y) dan penawaran uang lebih kecil dari pada permintaan uang (MS < MD), akibatnya pembelanjaan agregat berkurang tetapi tingkat bunga meningkat
.

Perubahan-perubahan Kurva IS-LM :
  1. Investasi Perusahaan 
  2. Pengeluaran Pemerintah 
  3. Perdagangan Internasional, kenaikan I, G, X netto menggeser kurva IS ke kanan yang menjadikan r0 naik r1 , Y naik Y1 .
  4. Pertambahan pajak, kenaikan Tx netto mengakibatkan kurva IS bergeser ke Kiri menjadikan r0 turun r1, Y0 turun Y1 .
  5. Pertambahan penawaran uang, penaikan dalam MS dari MS0 ke MS1 akan diikuti penurunan tingkat bunga dari r0 ke r1, perubahan penawaran ini tidak akan menggeser kurva IS tetapi LM, dimana kurva LM kekanan LM0 menjadi LM1, sehingga Y meningkat dari Y0 menjadi Y1 .
  (powered by google)